Pujidan syukur adalah milik Allah SWT, yang sudah memberikan nikmat tidak terhitung jumlahnya pada kita semua. Bapak/ibu, saudara yang saya hormati. Pada kesempatan ini saya akan memberikan sedikit ceramah tentang lingkungan. Agar terwujud lingkungan yang indah dan bersih, kita harus lebim mencintai lingkungan di sekitar kita.
Alam, Laudato Si, Lingkungan, Bumi, Ekologi, Refleksi, BerimanBukanRecehan, Beberapa bulan belakangan ini, media sosial dihebohkan oleh betapa parahnya sampah-sampah plastik yang ada di lautan. Tidak sedikit yang menampilkan hewan-hewan yang tersiksa akibat menelan ataupun terlilit sampah-sampah di laut. Selain itu, isu pemanasan global juga tak pernah surut. Bagaimana kita, Orang Muda Katolik dan sahabat Youcat Indonesia harus menyikapinya? Bumi adalah Rumah Bersama Sumber-sumber alam adalah anugerah tak terkira yang diberikan Allah kepada manusia. Manusia memiliki tugas untuk melindungi harta karun ini dan melawan tindakan-tindakan yang merusak keutuhan bumi. Paus Benediktus XVI Dalam ensiklik Laudato Si, Pau Fransiskus mengatakan bahwa bumi kita ini adalah “rumah bersama” seluruh umat manusia. Nah, sama seperti rumah atau kamar kos kita masing-masing yang perlu dirawat, bumi kita sebagai “rumah bersama” juga perlu dirawat. Paus Fransiskus sangat mendukung dan mendorong kita untuk terus peka akan kondisi lingkungan kita dan berjuang sebisa mungkin untuk merawatnya. Tanpa rumah yang baik, kita pun tidak akan merasa nyaman dalam hidup kita. Kita tidak dapat tidur dengan nyenyak, makan di rumah tidak terasa enak, kumpul bareng juga jadi tidak seru. Sama seperti alam kita ini. Tanpa alam yang baik, hidup kita juga tidak akan terasa nyaman. Lihat saja berita-berita soal asap kabut yang tebal tiap kali ada kebakaran hutan ataupun berita tentang tingginya tingkat polusi di Jakarta akhir-akhir ini. Itu semua mengingatkan kita untuk terus menjaga alam kita sebagai “rumah kita bersama”. Apa yang Bisa Kita Lakukan? Tentu saja, rawat alam kita. Caranya? Kita bisa mulai dari kebiasaan sederhana kita sehari-hari. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan dan memisahkan sampah sesuai jenisnya. Dengan tidak membuang sampah sembarangan kita turut menjaga kebersihan lingkungan. Kedengarannya sederhana, tapi tindakan sederhana itu bisa turut mencegah masalah yang luar biasa, lho. Ingat isu sampah plastik yang merusak laut? Nah, kita bisa ikut mencegahnya dengan tidak membuang sampah sembarangan di sungai dan di pantai. Apalagi, kalau kita memilah-milah sampah harian kita. Kita bisa memisah sampah organik terutama kulit buah dan sisa sayur lalu mengolahnya menjadi pupuk. Kita juga bisa ikut gerakan bank sampah dan mengumpulkan sampah-sampah yang dapat didaur ulang di bank sampah. Dengan demikian kita bahkan bisa dapat manfaat lebih dari sampah kita. Keren kan? Kita juga bisa mengurangi sampah plastik dengan menggunakan tas kita sendiri sebagai ganti kantong plastik saat kita berbelanja. Kita juga bisa ikut mengurangi polusi udara dengan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi kita seperti sepeda motor atau mobil. Kita bisa beralih menggunakan sepeda kayuh, sepeda listrik, berjalan kaki, atau menggunakan kendaraan umum. Kita juga bisa ikut mengurangi kemacetan bila kita beralih menggunakan kendaraan umum. Selain itu, dengan menggunakan sepeda kayuh ataupun berjalan kaki, kita juga bisa menjadi lebih sehat karena sekalian berolahraga. Kita juga bisa coba-coba menanam tanaman sendiri. Tidak harus tanaman yang bagus-bagus, kita bisa mencoba menanam biji-bijian dari buah yang kita makan seperti apel, jeruk, mangga, atau bahkan tomat dan cabai. Kita juga bisa mencoba-coba menanam dengan cara hidroponik yang sederhana. Dengan begini, selain menyejukkan rumah dan lingkungan kita, kita juga bisa memetik hasil buah-buahan dari tanaman yang kita tanam. Atau, kita juga bisa ikut gerakan-gerakan seperti gerakan pungut sampah. Apapun itu, yuk kita mulai dari hal-hal sederhana di sekitar kita. Dan berbekal kreatifitas dan semangat muda kita, yuk kita lakukan gerakan peduli lingkungan yang anak muda banget dan kekinian agar makin banyak anak muda yang tergerak untuk menjaga lingkungan. Yuk, peduli alam kita mulai dari halaman rumah kita. “Kita semua dipanggil untuk membangun dunia sebagaimana Allah telah menciptakan taman yang indah untuk dirawat, di mana semua orang bisa hidup bersama.” Paus Fransiskus > Yuk Berefleksi Apakah aku sudah cukup peduli akan kondisi lingkunganku buang sampah sembarangan atau tidak, memakai kendaraan pribadi atau umum, sudah menghemat air dan listrik atau belum? Atau aku masih cuek saja? Lihatlah kondisi lingkungan sekitar rumah atau kos kalian. Kira-kira hal sederhana apa yang bisa aku lakukan untuk kondisi alam lingkungan sekitar rumahku? Apakah ada banyak sampah? Apakah ada banyak lahan kosong yang gersang? Gunakanlah kreatifitas kalian untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada. > Yuk Dicoba Dari contoh-contoh yang ada dan dari hasil refeksi kalian, yuk buat langkah nyata yang paling sesuai dengan kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal kita agar lebih nyaman bagi kita dan tetangga-tetangga kita. > Yuk Dibaca Youcat no. 57 Docat bab 10 ensiklik Laudato Si
Takutthobi'i (normal). Yaitu takut pada hal-hal yang bisa mencelakakan kita (dengan izin dan kekuatan dari Allah). Misalnya, takut pada binatang buas, api, dll. Takut semacam ini wajar ada pada diri manusia dan dibolehkan selama tidak melampaui batas. 4.
JawabanDijaga dengan sebaik" nya kita jaga dan kita rawatPenjelasankarena jika kita biarkan lingkungan disekitar kita akan rusak dan tidak terawat. maaf kalau salah SpiritAl-Qur'an mengajarkan bagaimana berakhlak kepada Allah, sesama manusia, dan kepada lingkungan. Di samping istilah "akhlak", kita juga mengenal istilah "etika" dan "moral". Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. p>Abstract THE PARENTS' ROLE IN EDUCATING CHILDREN SINCE INFANCY IN THE FAMILY. The child is a boon and mandate entrusted by God to His servant who will be asked for the responsibility in the Hereafter. The obligation as a parent is to provide education to children starting from an early age. The development of early childhood is strongly bound by the environment and the family. This paper aims to describe the role of parents to the education of children. The study in this paper uses literature study or library research method. The result of this study is that family is the first place where children get education. Children's character and personality is formed first in the family. Parents should have a concept or provision in educating their children that includes moral or character education, science education, religious education, be fair to the children, and give attention and affection to children. Parents become role models for their children. Therefore, the role of parents is very important in the development and formation of children's character from an early age. Anak merupakan anugerah dan sekaligus amanah yang dititipkan oleh Allah kepada hambaNya yang akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Kewajiban sebagai orang tua adalah memberikan pendidikan kepada anak yang dimulai sejak usia dini. Perkembangan pada anak usia dini sangat terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Tulisan ini bertujuan untuk menjabarkan peran orang tua terhadap pendidikan anak. Kajian dalam tulisan ini menggunakan metode studi kepustakaan library research. Hasil dari kajian ini yaitu bahwa keluarga merupakan tempat pertama dimana anak memperoleh pendidikan. Karakter dan kepribadian anak dibentuk pertama kali di dalam keluarga. Orang tua hendaknya memiliki konsep atau ketentuan dalam mendidik anaknya yang meliputi pendidikan moral atau karakter, pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan ilmu agama, bersikap adil terhadap anak, serta memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Orang tua menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan dan pembentukan karakter anak sejak pada anak merupakan hal yang sangat penting dan memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap setiap aspek perkembangan anak. Pengasuhan pada anak pertama kali dimulai dalam lingkungan keluarga. Hal tersebut menyiratkan bahwa orang tua dan pendidik memiliki peranan yang penting dalam memberikan pengasuhan yang baik pada anak, khususnya sebagai upaya pendidikan inklusi bagi anak usia dini. Berdasarkan hal tersebut, program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan layanan informasi pada guru dan orang tua terkait program pengasuhan positif melalui pelatihan dan upaya pelibatan orang tua. Program ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pengasuhan yang dapat dilakukan oleh guru dan orang tua dan juga sebagai upaya penguatan pendidikan inklusi bagi anak usia dini di lembaga PAUD. Sebagaisalah satu sikap yang dimuliakan, adil memiliki banyak manfaat bagi siapapun yang menjalaninya. Mengenai konsep ekuitas, beberapa keunggulan adil adalah sebagai berikut: 1. Mencegah Perpecahan. Seperti disebutkan sebelumnya, seorang pemimpin yang adil akan membagi organisasinya. Secara umum, ini juga berlaku untuk kehidupan manusia. Jakarta - Hari Bumi Sedunia selalu diperingati setiap 22 April. Orang ramai-ramai memelihara lingkungan demi keberlangsungan hidup umat manusia. Jauh sebelum Hari Bumi Sedunia ditetapkan, Alquran sudah memerintahkan kepada manusia untuk memelihara lingkungan. Memelihara lingkungan hidup bagian dari perwujudan keimanan seseorang. 5 Cara Menjaga Lingkungan di Hari Bumi, dari Sumbang Pakaian hingga Pungut Sampah Teknologi Terbaru Kulkas Electrolux, Bisa Simpan Daging Segar Tanpa Perlu Thawing 6 Fakta Menarik Seputar Banjarnegara, dari 2 Kali Ulang Tahun sampai Es Dawet Ayu Pentingnya persoalan lingkungan kemudian digagas dengan hadirnya pandangan tentang fikih lingkungan fiqh al-Biah. Fikih tersebut merupakan seperangkat aturan perilaku ekologis manusia yang ditetapkan ulama yang berkompeten. Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI, KH Ali Yafie memandang menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab kolektif atau fardhu kifayah. Hal itu disampaikan Rifqiya Hidayatul Mufidah dalam jurnal Supremasi Hukum. Fardhu kifayah diartikan bahwa selama permasalahan lingkungan belum dapat diselesaikan seluruh masyarakat wajib untuk terus berusaha dan tidak akan menggugurkan satu sama lainnya meskipun, kewajiban tersebut telah dilakukan oleh beberapa kelompok atau individu. Selain KH Ali Yafie, Direktur Pusat Studi Islam dan Lingkungan PSIL IAIN Walisongo Semarang, Mujiono Abdillah menilai persoalan menjaga lingkungan adalah kewajiban individu atau fardhu ain yang harus dipertanggungjawabkan dengan Tuhannya. Saksikan Video Pilihan di Bawah IniAndien bercerita tentang kegiatannya ketika berada di pantai dan memungut sampah. Ia menanamkan hal tersebut sebagai sesuatu yang seru untuk dilakukan, begitu juga dengan anak-anaknya. Simak penuturannya saat di Jakarta Selatan, Kamis 28/11.Alquran tentang LingkunganIlustrasi lingkungan Karsten WürthSelain hadis, tentu fikih lingkungan bersumber pada Alquran. Allah dengan tegas berfirman dalam QS Al-A'raf85, "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman." Selain itu, Allah juga berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 205,“Dan apabila ia berpaling dari kamu, ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukaikebinasaan”. Allah juga berfirman dalam QS Al-Araf ayat 56, "“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut tidak akan diterima dan harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." Di luar tiga ayat dalam Alquran itu, masih ada beberapa firman Allah yang membicakan pentingnya memelihara lingkungan hidup. Hal itu menunjukkan pentingnya melestarikan lingkungan demi masa depan umat Listrik, Kantong Aman Bumi SenangInfografis Hemat Listrik, Kantong Aman Bumi Senang. Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Halini akan membuat kita bisa menyelesaikan permasalahan sosial di sekitar kita dengan kemampuan enterpreneur yang kita miliki. hal yang ingin aku capai dalam kehidupan ini adalah dapat menjalankan dengan sebaik-baiknya amanah Allah atas tubuh dan raga yang telah Dia berikan pada ku, menggerakkan tubuh ini untuk segala sesuatu yang bisa

Agama Islam memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan alam dengan cara yang baik ihsan dan menjadi manusia bertanggung jawab dalam melindungi alam dan lingkungan serta larangan merusaknya. Manusia sebagai khalifah Allah salah satu tugasnya membuat bumi ini makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam, hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya. Banyaknya ayat al-Qur’an yang membicarakan larangan merusak bumi mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian dan keasrian bumi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free P-ISSN 2442-9910 E-ISSN 2548-642X S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 DOI LINGKUNGAN DAN ALAM DALAM AL-QUR’AN Ahmadiy Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al-Qur’an ahmadiy 08112957544 Dikirimkan 18/02/2019 Diterima 20/04/2019 Dipublikasikan18/05/2019 Abstrak Agama Islam memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan alam dengan cara yang baik ihsan dan menjadi manusia bertanggung jawab dalam melindungi alam dan lingkungan serta larangan merusaknya. Manusia sebagai khalifah Allah salah satu tugasnya membuat bumi ini makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam, hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya. Banyaknya ayat al-Qur’an yang membicarakan larangan merusak bumi mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian dan keasrian bumi. Kata kunci al-Qur’an, Manusia, Lingkungan, Alam. PENDAHULUAN Jagat raya seisinya adalah ciptaan Allah, karenanya disebut sebagai makhluk Allah. Manusia, bumi, langit, dan lainnya adalah bagian dari alam. Walaupun demikian, manusia merupakan makhluk mulia. Allah menciptakan manusia tidak hanya berbeda dengan makhluk lain, tetapi juga memberikan kelebihan yang tidak diberikan kepada yang lainnya. Allah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.       Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. QS. al-Thin 4 Sebagai makhluk mulia yang dianugerahi akal, maka manusia dapat berpikir, memilih dan memilah yang benar dan yang salah, memilih yang baik dan yang buruk, dan dengan akal manusia dapat mengembangkan kehidupannya. Manusia tidak boleh menimbulkan kerusakan terhadap alam dan lingkungan, bahkan harus memelihara alam dan lingkungannya.                Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. QS. al-Rum 41 Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup akibat perbuatan manusia, karena manusia yang diberi tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Manusia mempunyai daya inisiatif, kreatif, sedangkan makhluk S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 100 lainnya tidak memiliki. Sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah tangan manusia. Kerusakan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia, disebabkan manusia memperturutkan hawa nafsunya dan tidak mentaati tuntunan dan ajaran Allah [1].          Jika kamu hai para muslimin tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. QS. al-Anfal 73 METODE Penelitian ini termasuk dalam penelitian pustaka, karena sumber data yang menjadi rujukan baik itu yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pokok bahasan berasal dari sumber-sumber tertulis, seperti dalam bentuk kitab, buku, majalah, jurnal, dan lainnya. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, menggambarkan dan menguraikan sesuatu hal menurut apa adanya, kemudian dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Memelihara Alam dan Lingkungan Alam adalah segala apa saja yang bukan Allah. Yang ada itu hanya dua, yaitu alam dan Allah. Alam ialah yang diciptakan makhluk, sedang Allah ialah pencipta khalik. Maka dalam al-Qur’an, Allah bergelar “rabbul alamin” tuhan alam semesta. Dalam menerangkan alam semesta, selain kata alamin, al-Qur’an sering juga menggunakan kalimat “assamawat wal ardh” semua langit dan bumi, atau al-Qur’an menyebut dengan kalimat segala apa yang ada di langit dan di bumi. Alam semesta diciptakan Allah menurut hukum yang pasti, objektif dan tetap. Artinya, alam semesta adalah satu kosmos yang dalam bahasa ilmu suatu laws of nature, dalam Islam disebut sunnatullah. Sebagaimana alam semesta demikian pula seluruh isinya termasuk manusia telah terikat dan berada dalam suatu hukum serba tetap. Hukum serba tetap yang mengatur alam sesungguhnya adalah hukum Allah sunnatullah. Dan dia Allah telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya QS. al-Furqan 2 [2]. Allah menegaskan, bahwa segala yang telah diciptakannya berjalan secara teratur, tidak terdapat suatu kekacauan dan cacat. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan tuhan yang maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? QS. al-Mulk 3. Kepatuhan alam semesta terhadap sunnatullah, termasuk manusia adalah untuk kesejahteraan. Apabila kepatuhan alam semesta dan manusia terhadap sunnatullah untuk tujuan kesejahteraan, maka sebaliknya pelanggaran terhadap sunnatullah membawa kerugian dan kebinasaan [2]. Masalah lingkungan menjadi salah satu pembahasan yang paling utama dan signifikan untuk didiskusikan. Karena manusia dihadapkan pada serangkaian masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan umat manusia dalam bentuk yang sangat mengejutkan yang dalam waktu relatif singkat akan menjadi fenomena yang tak dapat dikembalikan lagi, sehingga secara cepat kehancuran bumi alam akan terjadi. S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 101 Para ilmuwan mengatakan bahwa manusia dalam tahap sejarah bumi, benar-benar telah menjadi kekuatan utama global. Sejumlah ilmuwan terkemuka juga prihatin karena manusia terlalu berhasil dalam mengancam keseimbangan ekosistem bumi dan mengancam keberlangsungan hidup masa depan manusia sendiri sebagai sebuah species [3]. Lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan, sedangkan lingkungan alam adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang berada disekeliling makhluk hidup yang mempunyai pengaruh timbal balik terhadap makhluk hidup tersebut. Masalah lingkungan hidup mulai bergema pada tahun 1968 ketika diangkat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB karena ditemukan kasus-kasus pencemaran lingkungan, antar lain, berupa kabut asap yang mengganggu pernapasan di Los Angeles dan New York, Amerika Serikat, kematian massal burung pemakan ikan dibeberapa kawasan eropa, yang ternyata diakibatkan oleh kadar pestisida yang tinggi dalam tubuh burung-burung, serta beberapa peristiwa pencemaran lain di Jepang. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar QS. ar-Rum 41. Nilai-nilai moral masyarakat sudah menyesatkan. Prinsip moral ini yang merupakan hasil dari hasrat mementingkan diri sendiri serta keserakahan masyarakat, kemudian berubah menjadi keegoisan, kesombongan, kesinisan, kekerasan, dan kebrutalan dalam masyarakat. Masyarakat percaya bahwa untuk meningkatkan standar hidup, mereka harus mencurangi dan mengalahkan yang lainnya. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa orang yang ingkar kepada Allah adalah orang yang tidak mengenal ataupun menyadari adanya tanda-tanda ayat-ayat Allah. Yang membedakan seorang muslim adalah kemampuannya untuk melihat tanda-tanda Allah dan bukti-buktinya. Seorang muslim tahu bahwa semua ini tidak diciptakan dengan sia-sia dan seorang muslim dapat menyadari kekuatan serta keagungan seni Allah dimana pun dan mengetahui cara memujanya. Dialah seorang muslim yang termasuk orang yang berakal. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; Zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang memikirkan. QS. al-Nahl 11 [3]. Istilah lingkungan sebagai ungkapan singkat dari lingkungan hidup yang juga sering digunakan istilah lain yang semakna seperti dunia, alam semesta, planet bumi dan lainnya, merupakan pengalihan dari istilah asing environment Inggris, levironment Perancis, umwelt Jerman, milliu Belanda, alam sekitar Malaysia, sivat-lom Thailand, al-bi’ah Arab, dan lain-lain. Kemudian ilmu yang mengkaji tentang lingkungan hidup disebut ekologi. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah tangga dan kata logos yang berarti ilmu. Oleh karena itu, secara etimologis ekologi artinya ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk hidup dirumah termasuk proses dan pelaksanaan fungsi dan hubungan antar komponen secara keseluruhan. Sedangkan S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 102 secara terminologis ekologi artinya ilmu yang mengkaji tentang proses perhubungan antara kedua belah pihak interrelasi dan saling ketergantungan interdependensi antar organisme dalam satu wadah lingkungan tertentu secara keseluruhan. Problem lingkungan yang sudah setua umur dunia memang sangat kompleks, akan tetapi jika diteliti secara seksama sebenarnya bersumber pada lima aspek yaitu Pertama, aspek dinamika kependudukan. Kedua, eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Ketiga, pertumbuhan ekonomi. Keempat, perkembangan sains dan teknologi, dan benturan terhadap lingkungan. Kelima, persoalan tersebut saling kait mengkait satu dengan lainnya sehingga menjadi problem serius [4]. Secara personal individual, manusia sebagai citranya, dipanggil untuk memasuki relasi cinta personal dengan Allah. Oleh karena itu, arah dan tujuan hidup manusia sepenuhnya merupakan jawaban konkrit terhadap tuntutan cinta kasih Allah, yaitu dengan cara mencintainya sepenuhnya. Sedangkan secara sosial komunal bersama atau umum manusia sebagai citra Allah dijabarkan dalam faham egalitarian [5]. Manusia baik laki-laki maupun perempuan diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang mampu memasuki relasi inter personal. Oleh karena itu, cinta kasih, keterbukaan dan keadilan harus diwujudkan oleh manusia dalam kehidupan sosial komunalnya, agar keluhuran martabat manusia tidak luntur. Adapun pemahaman secara kosmis alam semesta ekologis, manusia sebagai gambaran image dei adalah percaya bahwa manusia dipanggil oleh Allah untuk ikut serta dalam memelihara keutuhan ciptaan. Tanpa pemeliharaan ini hidup manusia terancam, sebab manusia hakikatnya merupakan bagian integral dari ciptaan itu sendiri. Dengan demikian, manusia bertindak secara kreatif dalam upaya transformasi, rekonstruksi dan konservasi alam semesta. Dalam pemahaman kosmis ekologis lebih lanjut Allah digambarkan sebagai simbol “Ibu Alam Semesta”. Sebagai ibu alam semesta, Allah mengungkapkan kasih sayang yang kreatif. Allah memelihara alam semesta dengan penuh kasih dan tulus ikhlas, sebab Allah telah melahirkan alam semesta. Rumusan demikian dirancang bangun oleh penggagas eco feminism. Dibalik simbolisasi Allah sebagai ibu alam semesta Fransisco Aseisi merumuskan sistem keyakinan bahwa matahari dan bumi serta makhluk lain dalam alam semesta merupakan saudara dan saudari manusia sekaligus sebagai lambang kehadirannya [4]. B. Tinjauan Umum Ayat al-Qur’an Tentang Lingkungan dan Alam Term yang digunakan oleh al-Qur’an untuk memperkenalkan istilah lingkungan sebagai ruang kehidupan adalah kata al-bi’ah. Kata al-bia’ah merupakan derivasi dari kata ba’a-yabi’u-bi’atan, yang berarti kembali, menempati wilayah, ruang kehidupan, dan lingkungan. Secara faktual, yang digunakan oleh al-Qur’an adalah kata derivan al-bi’ah bukan kata al-bi’ah itu sendiri. Meskipun demikian, tidak mengurangi komitmen al-Qur’an pada lingkungan, sebab makna substansial yang terkandung dalam ayat-ayat terkait cukup mendukung. Secara kuantitatif, kata ba’a dan derivasinya digunakan dalam al-Qur’an sebanyak 18 kali tersebar dalam 15 ayat [4]. Derivasi kata al-bi’ah yang berkonotasi lingkungan sebagai ruang kehidupan antara lain terdapat dalam al-Qur’an 1. QS. al-A’raf 74 S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 103           Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti yang berkuasa sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. 2. QS. Yunus 93       Dan Sesungguhnya kami Telah menempatkan Bani Israil di ternpat kediaman yang bagus. 3. QS. Yusuf 56      Dia berkuasa penuh pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. 4. QS. al-Nahl 41             Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. 5. QS. al-Ankabut 58        Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga. Berdasarkan data penggunaan arti derivasi kata al-bi’ah dalam al-Qur’an seperti terungkap di atas, tampak berkonotasi pada lingkungan sebagai ruang kehidupan [6] khususnya bagi spesies manusia. Penggunaan konotasi derivasi kata al-bi’ah atau lingkungan sebagai ruang kehidupan tampak pararel dengan tradisi ekologi yang lazim memahami bahwa lingkungan merupakan segala sesuatu diluar suatu organisme. Segala sesuatu diluar organisme adalah identik dengan ruang kehidupan. Dengan demikian, ketika al-Qur’an memperkenalkan lingkungan dengan term ruang kehidupan, al-bi’ah, dapat dikatakan bahwa secara faktual al-Qur’an hadir jauh sebelum teori ekologi modern muncul, namun rumusan pengungkapan term lingkungan dengan menggunakan istilah ruang kehidupan, al-bi’ah, ternyata memiliki pijakan mapan selaras dengan teori ekologi modern. Bertitik tolak dari uraian tentang term yang digunakan oleh al-Qur’an untuk memperkenalkan konsep lingkungan dengan term seluruh spesies, al-alamin jagad raya, al-sama’ ruang tempat, atau al-ardh bumi, dan lingkungan sebagai ruang kehidupan, al-bi’ah, dapat dikatakan bahwa konsep lingkungan hidup menurut al-Qur’an adalah lingkungan dalam arti luas yakni meliputi lingkungan alam planet bumi, ruang angkasa dan angkasa luar. Lingkungan dipahami bukan hanya meliputi lingkungan hidup manusia, melainkan lingkungan hidup seluruh spesies baik yang ada di ruang bumi maupun di ruang angkasa bahkan yang ada di ruang angkasa luar. Sebab pada kenyataannya, keseimbangan ekosistem di ruang bumi juga memiliki berhubungan dengan ekosistem di luar ruang bumi. Oleh karena itu, menurut ajaran agama Islam manusia wajib menjaga kelestarian daya S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 104 dukung lingkungan bukan saja dalam lingkungan planet bumi, melainkan juga di angkasa luar serta di luar angkasa [4]. Konsep Islam tentang lingkungan dalam pengertian luas merupakan upaya untuk merevitalisasi misi asal ekologi. Misi asal ekologi adalah untuk mengkaji keterhubungan timbal balik antar komponen dalam ekosistem. Dalam hal ini tidak terbatas hanya komponen manusia dan ekosistemnya, melainkan seluruh komponen dalam ekosistem. Dengan demikian, visi Islam tentang lingkungan adalah visi lingkungan yang utuh menyeluruh, holistik integralistik. Visi lingkungan yang holistik integralistik diproyeksikan mampu menjadi garda keseimbangan ekosistem. Sebab seluruh komponen dalam ekosistem diperhatikan kepentingannya secara proporsional tidak ada yang dipentingkan dan tidak ada pula yang diterlantarkan oleh visi lingkungan Islam yang holistik integralistik. Secara ekofilosofis hubungan manusia dengan lingkungan terdapat keterhubungan, keterkaitan dan keterlibatan timbal balik yang tidak dapat ditawar. Lingkungan dan manusia terjalin sedemikian erat antara satu dengan yang lain. Sehingga manusia tanpa keterjalinannya dengan lingkungan tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat pula dipikirkan bahkan tidak ada. Keterjalinan manusia dengan lingkungan adalah bersifat dinamis. Maksudnya, keterjalinan manusia dengan lingkungan merupakan keterjalinan sadar yang dihayati dan dijadikan sebagai akar serta inti kepribadiannya. Keterjalinan timbal balik manusia dengan lingkungan bukan bersifat statis. Dalam arti keterjalinan manusia dengan lingkungan bukan bersifat deterministis yang harus diterima apa adanya, tetapi bersifat suka rela yang dapat dipikirkan. Keterjalinan hubungan tersebut bukan pula bersifat verbalistis tanpa makna, tetapi bersifat reflektif penuh arti. Keterjalinan manusia dengan lingkungan merupakan upaya pencarian jati diri manusia. Hal ini disebabkan karena manusia ada dalam lingkungan [4]. Ekoteologi Islam memiliki konsep yang berbeda dengan konsep ekologis tentang hubungan struktural antara manusia dengan lingkungan. Konsep Islam tersebut dirumuskan dalam sistem teologi yang disebut dengan teologi proporsional. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat juga seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam al-Kitab, kemudian kepada tuhanlah mereka dihimpunkan QS. al-An’am 38. Pesan ekoteologis ayat ini terdapat pada kalimat yang semakna dengan “Seluruh komunitas dalam ekosistem merupakan satu keluarga ekosistem. Komunitas manusia dengan komunitas flora dan fauna merupakan komunitas bersaudara”. Dengan demikian, bahwa manusia bukan milik lingkungan dan ingkungan juga bukan milik manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan bagian integral dari ekosistem. Manusia merupakan saudara ekologis sesama komponen lingkungan dalam ekosistem. Refleksi teologis dari landasan spiritual ini dinyatakan bahwa salah satu pilar keyakinan manusia adalah “Sesungguhnya manusia merupakan salah satu komponen ekosistem sebagai bagian integral dari lingkungan. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan ekologis sebagai karya cipta ilahi rabbi yang memiliki interdependensi dan interkorelasi cukup ketat” [4]. Dalam al-Qur’an Allah menyatakan bahwa alam diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 105 Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, sebagai rahmat daripadanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir QS. al-Jatsiyah 13. Ayat inilah yang menjadi landasan teologis pembenaran pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Meskipun Islam tidak melarang memanfaatkan alam, Islam menetapkan aturan mainnya. Agama Islam memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan alam dengan cara yang baik ihsan dan menjadi manusia bertanggung jawab dalam melindungi alam dan lingkungan serta larangan merusaknya. Manusia sebagai khalifah Allah salah satu tugasnya membuat bumi ini makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam, hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya. Banyaknya ayat al-Qur’an yang membicarakan larangan merusak bumi mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian dan keasrian bumi. Menurut M. Quraish Shihab, etika pengelolaan lingkungan dalam Islam mencari keselarasan dengan alam sehingga manusia tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tapi menjaga lingkungan dari kerusakan. Setiap perusakan lingkungan haruslah dilihat sebagai perusakan terhadap diri sendiri. Lanjut Shihab, berbeda dengan sikap sebagian teknokrat yang memandang alam sebagai alat untuk mencapai tujuan konsumtif. Tuntunan moral Islam dalam mengelola alam adalah larangan serakah dan menyia-nyiakannya. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan QS. al-A’raf 31. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya QS. al-Isra’ 27. Larangan berlebihan dalam QS. al-A’raf 31 diatas mencakup segala sesuatu, termasuk memanfaatkan alam. Alam dimanfaatkan seperlunya. Eksploitasi terhadap alam yang mengakibatkan rusaknya habitat alam dilarang Islam. Agama Islam memandang pemanfaatan alam semesta tanpa metode dan membabi-buta merupakan sebuah bentuk kezaliman dan akan merugikan manusia sendiri. Berlebih-lebihan dalam memanfaatkan alam dipandang sebagai perilaku mubazir dan dicela oleh Islam. Menurut syeikh al-Qardhawi, penamaan surat-surat al dengan mengambil nama hewan al-Baqarah sapi, al-An’am binatang al-fil gajah, al-Adiyat kuda, al-Naml semut, al-Nahl lebah, dan al-Ankabut laba-laba, nama tumbuh-tumbuhan seperti at-Tin sejenis tumbuhan dan al-Hadid tambang, atau nama alam lainnya seperti ad-Dzariyat angin yang menerbangkan sesuatu, an-Najm bintang, al-Fajr fajar, asy-Syams matahari, al-Lail malam, adh-Dhuha waktu dhuha, al-Ashr sore, dan sebagainya adalah isyarat agar manusia sadar bahwa dirinya terikat dengan alam sekitar, sehingga manusia tidak lalai menjalankan kewajiban menjaga kelestarian alam. Pentingnya memelihara alam juga tercermin dari pidato Abu Bakar di depan angkatan perang kaum muslim saat akan berangkat untuk menggempur raja Ghassani S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 106 yang telah memerintahkan pembunuhan atas utusan Nabi Muhammad di masa-masa akhir hidupnya. Abu Bakar dalam pidatonya melarang pembunuhan terhadap anak-anak dan orang tua, merusak dan membakar pohon kurma, dan menebang pohon-pohon yang berbuah. Menurut ajaran Islam, manusia dalam mengelola dan memanfaatkan alam harus bersikap arif. Maksudnya mengelola dan memanfaatkan alam jangan sampai merusak habitat alam. Mengelola alam harus diiringi dengan usaha-usaha untuk melestarikannya. Dalam sebuah ayat Allah menyatakan bahwa seluruh langit dan bumi serta makhluk di dalamnya bertasbih memuji Allah. Manusia harus senantiasa menghormati alam karena ia adalah makhluk Allah yang senantiasa bertasbih kepadanya QS. at-Tagabun 1, QS. al-Jum’ah 1, QS. as-Saf 1, QS. al-Hasyr 1. Manusia harus mengiringi alam bertasbih memuji Allah, antara lain memelihara kelestarian alam dan mengarahkannya kearah yang lebih baik, dan bukan melakukan perusakan di muka bumi. Islam membolehkan pengelolaan bumi dan pemanfaatannya dengan syarat menjaga kelestarian dan keberlangsungannya [7]. Krisis linkungan yang tengah terjadi sekarang adalah akibat kesalahan manusia menanggapi persoalan ekologinya. Akar dari sumber krisis lingkungan manusia sangat dipengaruhi oleh keyakinan tentang alam dan takdirnya yaitu oleh agama [8]. C. Manusia, Lingkungan, dan Alam Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah untuk tinggal di bumi, beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan masa dan relung waktu terbatas. Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan QS. al-Baqarah 36. Kediaman di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai suatu karunia yang harus disyukuri. Manusia wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia telah diberitahu oleh Allah bahwa mereka akan hidup di bumi dalam batas waktu tertentu. Oleh karena itu manusia dilarang keras berbuat kerusakan. Begitu pun dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi, Allah telah menggariskan suatu akhlak dimana perbuatan pemaksaan dan kecurangan terhadap alam sangat dicela. Kenikmatan dunia dan akhirat dapat dikejar secara seimbang tanpa meninggalkan perbuatan baik ihsan dan menghindarkan kerusakan di muka bumi. Mayoritas bencana yang terjadi, kebanyakan disebabkan perbuatan manusia. Sedikit sekali bencana yang diakibatkan oleh alam, misalnya gempa bumi atau gunung meletus yang merupakan suatu siklus alam yang memang tidak dapat dihindari oleh manusia.                               Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 107 berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan QS. al-Qashash 77. Kerusakan lingkungan pada saat ini semakin bertambah parah. Kelalaian dan dominasi manusia terhadap alam dan pengelolaan lingkungan yang tidak beraturan membuat segala unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh alami berubah menjadi kacau dan sering berakhir menjadi bencana. Tiga dasawarsa terakhir menyaksikan Indonesia menggantungkan hidup dan perekonomiannya pada kesuburan sumber daya alam SDA yang melimpah misalnya, minyak bumi, batu bara, tembaga, emas, dan timah. Ketergantungan ini menguras isi perut bumi kemudian menyisakan lobang-lobang raksasa, pencemaran udara dan air, serta sisa galian yang memerlukan biaya pengembalian alam restorasi yang tidak sedikit. Sementara itu, di atas permukaan bumi, pembabatan hutan alam terus terjadi. Ini dapat dijumpai di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku hingga Papua. Kerugian akibat kerusakan lingkungan yang diderita manusia terwujud dalam bermacam bentuk. Tanah longsor, pencemaran udara, tanah dan air, banjir, kepunahan spesies flora dan fauna, dan seterusnya. Awal Desember 2000, di Padang Sumatera Barat misalnya terjadi sebuah bencana terbesar sepanjang sejarah propinsi. Tanah longsor, banjir dan air bah yang disebut galodo menelan 111 korban jiwa serta kerugian financial. Akibat bencana ini, banyak fasilitas umum seperti tempat ibadah yang tidak dapat lagi difungsikan. Kerugian ditaksir mencapai angka Rp 302 milyar. Kerusakan itu sudah tentu merupakan bencana akibat adanya perubahan ekosistem yang tidak bersahabat dengan alam. Manusia telah mengubah alam karena eksploitasi terhadap hutan sebagai sumber pendapatan, penambangan dan seterusnya. Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia telah mencatat sejarah kehancuran alamnya karena ketidak pedulian umatnya terhadap lingkungan alamnya [8]. Walaupun setiap individu manusia cenderung lebih merasakan hidup di tengah tatanan lingkungan yang lebih kecil dari keseluruhan bumi. Perhatian kita sebagai individu lebih tertuju pada tatanan lingkungan yang terbatas ukuran Negara, provinsi atau kabupaten, bahkan lebih kecil lagi sebatas luas kecamatan atau desa sendiri. Namun tidak menjadi soal seluas apa lingkungan hidup yang kita ketahui isi dan cirinya, harus selalu disadari bahwa keseluruhan bumi diciptakan Allah sebagai satu kesatuan alam yang utuh sebagai tempat hidup manusia dan makhluk tuhan lainnya secara keseluruhan. Apa yang diperbuat dilingkungan akan berpengaruh pada lingkungan sekitar, dan akan berpengaruh pada lingkungan orang lain dan bangsa lain. Bumi merupakan kesatuan lingkungan hidup yang amat luas permukaannya diperkirakan seluas 510 juta Ha, tapi dengan permukaan tanah hanya 153 juta Km persegi atau juta Ha. Suatu desa tempat tinggal hanya merupakan luasan lingkungan hidup yang amat kecil jika dibandingkan dengan bumi sebagai suatu tatanan lingkungan hidup yang besar. Suatu perbuatan negatif ataupun positif oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap lingkungan hidupnya dalam batasan luasan yang kecil sekalipun, akan membawa pengaruh kepada tatanan lingkungan hidup orang lain yang dekat maupun jauh. Cepat atau lambat secara akumulatif akan berpengaruh pula kepada bumi sebagai suatu kesatuan S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 108 lingkungan hidup umat manusia serta makhluk Allah selain manusia [1]. Pemeliharaan lingkungan hidup merupakan penentu keseimbangan alam. Dalam konteks pelestarian lingkungan, pemahaman ini sudah kita dengar sejak lama. Bahkan, pelajaran ilmu alam seolah tidak henti-hentinya mengajarkan bahwa semua komponen ekosistem, baik berwujud makhluk hidup maupun komponen alam lainnya, merupakan sebuah kesatuan yang harus berjalan seimbang dan tidak boleh timpang satu dengan yang lain. Manusia harus banyak mengkaji serta mempertanyakan efektivitas hasil dari hal-hal tersebut. Tentu setelah semuanya disadari, manusia wajib melakukan instrospeksi atas berbagai potret bencana yang terjadi di belahan bumi belakangan ini [9]. Allah menggariskan takdirnya atas bumi, pertama kalinya dengan memberikan segala fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi. Diciptakanlah lautan yang maha luas dengan segala kekayaan di dalamnya. Air hujan yang menghidupkan bumi setelah masa-masa keringnya. Belum cukup dengan itu semua, Allah memperindah kehidupan di muka bumi dengan menciptakan hewan, tumbuhan, angin dan awan di angkasa, sebagai teman hidup manusia. Setelah selesai dengan segala penciptaannya, Allah hanya memberikan sebuah amanah kepada manusia                 Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut tidak akan diterima dan harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. QS. al-A’raf 56 [9] PENUTUP Simpulan Bumi merupakan kesatuan lingkungan hidup yang amat luas permukaannya diperkirakan seluas 510 juta Ha, tapi dengan permukaan tanah hanya 153 juta Km persegi atau juta Ha. Suatu desa tempat tinggal hanya merupakan luasan lingkungan hidup yang amat kecil jika dibandingkan dengan bumi sebagai suatu tatanan lingkungan hidup yang besar. Suatu perbuatan negatif ataupun positif oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap lingkungan hidupnya dalam batasan luasan yang kecil sekalipun, akan membawa pengaruh kepada tatanan lingkungan hidup orang lain yang dekat maupun jauh. Cepat atau lambat secara akumulatif akan berpengaruh pula kepada bumi sebagai suatu kesatuan lingkungan hidup umat manusia serta makhluk Allah selain manusia. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam, hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya. Banyaknya ayat al-Qur’an yang membicarakan larangan merusak alam mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian dan keasrian lingkungan dan alam. DAFTAR PUSTAKA [1] Said Agil Husin al-Munawar dkk.. 2001. Islam Humanis Islam dan Persoalan Kepemimpinan, Pluralitas, Lingkungan Hidup, Supremasi Hukum, dan Masyarakat Marginal. Jakarta Moyo Segoro Agung. S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 109 [2] Nasruddin Razak. 1973. Dienul Islam. Bandung al-Ma’arif. [3] M. Thalhah dan Ahmad Mufid. 2008. Fiqih Ekologi Menjaga Bumi Memahami Makna Kitab Suci. Yogyakarta Total Media. [4] Mujiono Abdillah. 2001. Agama Ramah Lingkungan Persfektif al-Qur’an. Jakarta Paramadina. [5] Pius A partanto. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya Arkola. [6] Ali Yafie. 1994. Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah. Bandung Mizan. [7] Najmuddin Ramly. 2007. Islam Ramah Lingkungan Konsep dan Strategi Islam Dalam Pengelolaan, Pemeliharaan, dan Penyelamatan Lingkungan Hidup. Jakarta Grafindo Khazanah Ilmu. [8] Fachruddin M. Mangunjaya. 2005. Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. [9] Fachruddin M. Mangunjaya dkk.. 2007. Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. ... An-Nahl ayat 41 serta Qs. Al-Ankabut ayat 58, yang mana dari derivasinya terdapat kata al-bi'ah yang berkonotasikan lingkungan sebagai ruang kehidupanAhmadiy, 2015. a. Qs. ...Dienul Islam. Bandung al-Ma'arifNasruddin RazakNasruddin Razak. 1973. Dienul Islam. Bandung al-Ma' Ramah Lingkungan Persfektif al-Qur'anMujiono AbdillahMujiono Abdillah. 2001. Agama Ramah Lingkungan Persfektif al-Qur'an. Jakarta PiusPartantoPius A partanto. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga UkhuwahAli YafieAli Yafie. 1994. Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah. Bandung Alam Dalam IslamM FachruddinMangunjayaFachruddin M. Mangunjaya. 2005. Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta Yayasan Obor Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan HidupM FachruddinMangunjayaFachruddin M. Mangunjaya dkk.. 2007. Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup. Jakarta Yayasan Obor Indonesia.

AlBaqarah: 208). Jadi, perspektif pendidikan Islam terhadap manusia dan fitrahn ya dapat dibagi menjadi: Pertama, pendidikan Islam merupakan jalan yang tepat dalam rangka mengembangkan fitrah manusia, karena Islam sesungguhnya sesuai dengan fitrah manusia, karena fitrah manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik dan berbuat buruk.
ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUPOleh Ustadz Abu Ihsan al-AtsariDien Islam yang kaffah ini telah melarang segala bentuk pengrusakan terhadap alam sekitar, baik pengrusakan secara langsung maupun tidak langsung. Kaum Muslimin, harus menjadi yang terdepan dalam menjaga dan melestarikan alam sekitar. Oleh karena itu, seyogyanya setiap Muslim memahami landasan-landasan pelestarian lingkungan hidup. Karena pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab semua umat manusia sebagai pemikul amanah untuk menghuni bumi Allâh Azza wa Jalla Subhanahu wa Ta’ala telah melarang perbuatan merusak lingkungan hidup karena bisa membahayakan kehidupan manusia di muka bumi. Karena bumi yang kita tempati ini adalah milik Allâh Azza wa Jalla dan kita hanya diamanahkan untuk menempatinya sampai pada batas waktu yang telah Allâh Azza wa Jalla tetapkan. Oleh karena itu, manusia tidak boleh semena-mena mengeksplorasi alam tanpa memikirkan akibat yang Azza wa Jalla berfirman تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۗ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَItulah ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar dan tiadalah Allâh berkehendak untuk menganiaya hamba-hambaNya. [Ali Imrân/3108]Allah Azza wa Jalla menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Alam ini merupakan sarana bagi manusia untuk melaksanakan tugas pokok mereka yang merupakan tujuan diciptakan jin dan manusia. Alam adalah tempat beribadah hanya kepada Allâh semata. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Yaitu Orang-orang yang mengingat Allâh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. [Ali Imrân/3191]Syariat Islam sangat memperhatikan kelestarian alam, meskipun dalam jihâd fi sabîlillah. Kaum Muslimin tidak diperbolehkan membakar dan menebangi pohon tanpa alasan dan keperluan yang alam dan lingkungan hidup yang kita saksikan sekarang ini merupakan akibat dari perbuatan umat manusia. Allâh Azza wa Jalla menyebutkan firmanNya ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَTelah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. [ar-Rûm/3041]Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya, “Zaid bin Râfi’ berkata, Telah nampak kerusakan,’ maksudnya hujan tidak turun di daratan yang mengakibatkan paceklik dan di lautan yang menimpa binatang-binatangnya.”Mujâhid rahimahullah mengatakan, “Apabila orang zhâlim berkuasa lalu ia berbuat zhâlim dan kerusakan, maka Allâh Azza wa Jalla akan menahan hujan karenanya, hingga hancurlah pesawahan dan anak keturunan. Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai kerusakan.” Kemudian Mujâhid rahimahullah membacakan ayat di apakah kerusakan yang terjadi itu hanya disebabkan perbuatan manusia yang merusak lingkungan atau mengekplorasi alam semena-mena ataukah juga disebabkan kekufuran, syirik dan kemaksiatan yang mereka lakukan ? Jawabnya adalah Katsîr rahimahullah telah menjelaskan dalam tafsirnya “Makna firman Allâh yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,” yaitu kekurangan buah-buahan dan tanam-tanaman disebabkan kemaksiatan. Abul Aliyah berkata, “Barangsiapa berbuat maksiat kepada Allâh di muka bumi, berarti ia telah berbuat kerusakan padanya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Oleh karena itu apabila nabi Isa turun di akhir zaman, beliau akan berhukum dengan syariat yang suci ini pada masa tersebut. Beliau akan membunuh babi, mematahkan salib dan menghapus jizyah upeti sehingga tidak ada pilihan lain kecuali masuk Islam atau diperangi. Dan di zaman itu, tatkala Allâh telah membinasakan Dajjal dan para pengikutnya serta Ya’jûj dan Ma’jûj, maka dikatakanlah kepada bumi, “Keluarkanlah berkahmu.” Maka satu buah delima bisa dimakan oleh sekelompok besar manusia dan mereka bisa berteduh di bawah naungan kulitnya. Dan susu unta mampu mencukupi sekumpulan manusia. Semua itu tidak lain disebabkan berkah penerapan syariat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Maka setiap kali keadilan ditegakkan, akan semakin banyaklah berkah dan kebaikan. Karena itulah disebutkan dalam hadits shahih, yang artinya, “Sesungguhnya apabila seorang yang jahat mati, niscaya para hamba, kota-kota, pepohonan dan binatang-binatang melata merasakan ketenangan.”[1]Salah satu bukti bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar adalah perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk menyingkirkan gangguan dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang keimanan, perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat. Disamping kita telah menjaga kehidupan manusia di sekitar kita. Bukankah satu pohon adalah jatah untuk dua orang ?Dalam hal ini pemerintah berhak memerintahkan rakyat untuk menanam pohon. al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya, “Bercocok tanam termasuk fardhu kifâyah. Imam penguasa berkewajiban mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan yang semakna dengan itu, seperti menanam pohon.”[2]Bahkan untuk memotivasi umat beliau agar gemar menanam pohon beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَا مِنْ مُسْلِمٍ غَرَسَ غَرْسًا فَأَكَلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ أَوْ دَابَّةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌMuslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah.[3]Bahkan pohon itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang akan terus mengalirkan pahala Shallallahu alaihi wa sallam bersabda سَبْعٌ يَجْرِي لِلعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَ هُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لََهُ بَعْدَ مَوْتِهِ .Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. Tujuh itu adalah orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati.[4]Menebang pohon, menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai, membakar areal pesawahan dan lain-lainnya sudah jelas termasuk perbuatan merusak alam yang bisa mendatangkan bencana bagi umat manusia. Banjir bandang, kabut asap, pemanasan global adalah beberapa diantara akibatnya. Namun sadarkah kita, bahwa kerusakan alam bukan hanya karena faktor-faktor riil seperti itu saja. Kekufuran, syirik dan kemaksiatan juga punya andil dalam memperparah kerusakan alam. Bukankah banjir besar yang melanda kaum Nuh Alaihissallam disebabkan kekufuran dan penolakan mereka terhadap dakwah Nabi Nuh Alaihissallam? Bukankah bumi dibalikkan atas kaum Luth sehingga yang atas menjadi bawah dan yang bawah menjadi atas disebabkan kemaksiatan yang mereka lakukan ?Sebaliknya, keimanan, ketaatan dan keadilan juga berperan bagi kebaikan dan keberkahan Qayyim rahimahullah mengatakan, “Diantara pengaruh buruk perbuatan maksiat terhadap bumi adalah banyak terjadi gempa dan longsor di muka bumi serta terhapusnya berkah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati kampung kaum Tsamûd, beliau melarang mereka para sahabat melewati kampung tersebut kecuali dengan menangis. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga melarang mereka meminum airnya, menimba sumur-sumurnya, hingga beliau memerintahkan agar menggunakan air yang mereka bawa untuk mengadon gandum. Karena maksiat kaum Tsamûd ini telah mempengaruhi air di sana. Sebagaimana halnya pengaruh dosa yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen Ahmad telah menyebutkan dalam Musnadnya, ia berkata, “Telah ditemukan dalam gudang milik Bani Umayyah sebutir gandum yang besarnya seperti sebutir kurma. Gandum itu ditemukan dalam sebuah kantung yang bertuliskan, “Biji gandum ini tumbuh pada masa keadilan ditegakkan.”Kebanyakan musibah-musibah yang Allâh Azza wa Jalla timpakan atas manusia sekarang ini disebabkan perbuatan dosa yang mereka orang tua di padang pasir telah mengabarkan kepadaku bahwa mereka pernah mendapati buah-buah yang ukurannya jauh lebih besar daripada buah-buahan yang ada sekarang.”[5]Barangkali ada yang bertanya apakah maksiat yang tidak ada sangkut pautnya dengan alam bisa juga merusak alam ? Jawabnya, ya bisa. Bukankah Hajar Aswad menghitam karena maksiat yang dilakukan oleh manusia ? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda نَزَلَ الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّّةِ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ ، فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَHajar Aswad turun dari surga lebih putih warnanya daripada salju, lalu menjadi hitam karena dosa-dosa anak Adam.[6]Begitulah pengaruh dosa dan maksiat! Hajar Aswad yang turun dari surga dalam keadaan berwarna putih bersih lebih putih dari salju bisa menghitam karena dosa. Ini membuktikan bahwa dosa dan maksiat juga memberikan pengaruh pada perubahan yang terjadi pada alam manusia tidak segera kembali kepada agama Allâh Azza wa Jalla, kepada sunnah Nabi-Nya, maka berkah itu akan berganti menjadi musibah. Hujan yang sejatinya, Allâh turunkan untuk membawa keberkahan dimuka bumi, namun karena ulah manusia itu sendiri, hujan justru membawa berbagai bencana bagi manusia. Banjir, tanah longsor dan beragam bencana muncul saat musim hujan tiba. Bahkan di tempat-tempat yang biasanya tidak banjir sekarang menjadi langganan banjir !Tidakkah manusia mau menyadarinya? Atau manusia terlalu egois memikirkan diri sendiri tanpa mau menyadari pentingnya menjaga alam sekitar yang bakal kita wariskan kepada generasi mendatang !?Allâh Azza wa Jalla memberi manusia tanggung jawab untuk memakmurkan bumi ini, mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik dan tertata. Dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan menuntut tanggung jawab itu di akhirat karena itu, kita sebagai umat muslim seharusnya memahami arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Mereka punya kewajiban untuk melestarikan alam Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَاDan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya. [al-A’râf/756]Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini sebagai berikut, “Firman Allâh Azza wa Jalla yang maknanya-red, Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya.’ Allâh melarang tindakan perusakan dan hal-hal yang membahayakan alam, setelah dilakukan perbaikan atasnya. Sebab apabila berbagai macam urusan sudah berjalan dengan baik lalu setelah itu terjadi perusakan, maka hal itu lebih membahayakan umat manusia. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla melarang hal itu dan memerintahkan para hamba-Nya agar beribadah, berdoa, dan tunduk serta merendahkan diri kepada-Nya.”Sesungguhnya dengan akal yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan, manusia lebihkan dari makhluk-makhluk lainnya. Kita lebih mulia dari hewan. Coba anda lihat, hewan saja memiliki kesadaran menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup, lalu apakah kita selaku manusia justru menghancurkannya ? Janganlah kamu berbuat kerusakan sesudah Allâh memperbaikinya! Maka kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan hidup manusia di bumi ini. Bukankah Allâh Azza wa Jalla telah berfirman وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍDan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. [al-Hijr/1519]Ya, semua sudah ada ukurannya, semua ada aturannya. Allâh Azza wa Jalla telah menciptakan semua itu dengan sangat detail dan Katsîr rahimahullah berkata, “Selanjutnya Allâh Azza wa Jalla menyebutkan bahwa Dia yang telah menciptakan bumi, membentangnya, menjadikannya luas dan terhampar, menjadikan gunung-gunung diatasnya yang berdiri tegak, lembah-lembah, tanah dataran, pasir, dan berbagai tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang sesuai. Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu berkata tentang firman Allâh Azza wa Jalla “Segala sesuatu dengan ukuran” Mauzun artinya adalah diketahui ukurannya proporsional dan seimbang. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sa’id bin Jubair, Ikrimah, Qatâdah dan ulama yang lainnya. Di antara para ulama ada yang mengatakan, “maksudnya ukuran yang telah ditentukan.” Sedang Ibnu Zaid mengatakan, “Maksudnya yaitu dari setiap sesuatu yang ditimbang dan ditentukan ukurannya.”Dalam ayat lain Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang siklus hidrologi sirkulasi air yang tidak pernah berhenti yang menjadi salah satu elemen terpenting bagi kelangsungan kehidupan makhluk di muka Azza wa Jalla berfirman اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَAllah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allâh membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. [ar-Rûm/3048].Begitulah proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan sustainability bumi. Proses ini dikenal sebagai siklus hidrologi, mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan dan aliran air ke sungai, danau dan ini kita laksanakan dengan menjalankan syariat Allâh Azza wa Jalla di muka bumi, memakmurkannya dengan tauhid dan sunnah. Sembari terus menumbuhkan kesadaran bahwa kita tidak sendiri hidup di muka bumi. Ada makhluk-makhluk Allâh Subhanahu wa Ta’ala lainnya selain kita di sekitar juga dengan menjauhi kekafiran, syirik dan maksiat. Karena dosa dan maksiat akan mendorong manusia untuk merusak dan mengotori alam ini dengan noda-noda maksiat mereka. Mereka inilah inilah yang sebenarnya tidak memahami tujuan penciptaan alam semesta al-KarîUmdatut Tafsîr Ibnu KatsîTafsir Ibnul al-BukhâShahîh Shâlihîn, an-Nawawi.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] HR Bukhâri 6512. [2] Tafsîr al-Qurthubi III/306. [3] HR Bukhâri 6012. [4] Dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ 3602 dari Anas. [5] al-Fawâid, hlm. 65. [6] Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi I/166, Ibnu Khuzaimah I/271 dan dishahihkan oleh al-Albâni dalam Silsilatul Ahâdîtsis Shahîhah 2618..
b9gs.
  • dzw58zkw4c.pages.dev/497
  • dzw58zkw4c.pages.dev/27
  • dzw58zkw4c.pages.dev/220
  • dzw58zkw4c.pages.dev/257
  • dzw58zkw4c.pages.dev/503
  • dzw58zkw4c.pages.dev/222
  • dzw58zkw4c.pages.dev/296
  • dzw58zkw4c.pages.dev/507
  • lingkungan di sekitar kita adalah amanah allah yang harus